Seperti yang kita tahu bahwa tingkat depresi dan keinginan untuk mengakhiri hidup di Korea Selatan terbilang cukup tinggi.
Di balik itu pasti ada faktor-faktor atau alasan pendukung yang membuat mereka nekat untuk melakukannya. Mau tau apa saja? Simak pembahasannya di bawah ini.
source: ilpost.it
1. Status sosial-ekonomi
Jika diukur dari tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan tingkah laku, kemungkinan besar masyarakat Korea merasa tertekan akan hal-hal tersebut. Berdasarkan penelitian dengan persentase sekitar 71,4% lansia yang tidak berpendidikan dan 37,1% di antaranya tinggal di pedesaan yang akhirnya berdampak pada masalah ekonomi, kesehatan, dan konflik keluarga. Dan karena status sosial-ekonomi yang rendah, mereka cenderung melampiaskannya dengan begadang, minum alkohol, merokok, hingga bunuh diri.
2. Tingkat persaingan yang sangat tinggi
Baik di lingkungan tempat tinggal, sekolah, bahkan tempat kerja, selalu ada persaingan yang membuat masyarakat di sana merasa ‘dibebankan’. Entah itu karena tuntutan status sosial, jenjang pendidikan yang tinggi, pengangguran, atau tekanan di tempat kerja. Dengan tuntutan seperti itu, membuat masyarakat Korea semakin tertekan hingga akhirnya memilih untuk bunuh diri.
3. Umur
Faktor umur juga menjadi salah satu alasan kenapa masyarakat Korea memilih untuk mengakhiri hidupnya, terutama pada lansia. Banyak orang lanjut usia yang kurang mampu memilih untuk bunuh diri dengan alasan agar tidak menjadi beban bagi keluarga. Karena di sana sistem kesejahteraan kurang didanai, ditambah lagi tradisi anak yang merawat orang tua di usia yang tidak lagi muda sebagian besar telah menghilang di abad ke-21 ini. Akibatnya, banyak orang tua yang tinggal di daerah pedesaan memiliki tingkat bunuh diri lebih tinggi.
4. Cyber-bullying
Jaringan sosial media bukan lagi media yang bisa dikatakan ‘aman’ bagi semua kalangan. Bahkan dampak dari bermain sosial media bisa bermacam-macam, termasuk stress dan depresi tinggi. Dari sekian banyak kasus, yang paling menyita publik adalah kasus kematian para artis Korea Selatan yang diduga bunuh diri karena merasa tertekan akan cyberbullying atau online abuse yang mereka dapatkan dari sosial media. Sebut saja Sully; mantan member dari girl group F(X) dan temannya, Goo Hara; mantan member dari girl group KARA yang tak selang lama mengakhiri hidupnya setelah Sully.
5. Dianggap sebagai sebuah solusi masalah
Masyarakat Korea Selatan terkadang menganggap bahwa bunuh diri adalah cara untuk memprotes, meminta maaf, bahkan memecahkan masalah, yang akhirnya kematian yang diderita sendiri tidak lagi dianggap sebagai pilihan yang buruk. Alasan lainnya, penderita mental illness merasa sulit untuk mencari perawatan medis.
Berikut adalah 5 alasan di balik tingginya angka bunuh diri yang terjadi di Korea Selatan. Metode yang mereka gunakan juga berbeda-berbeda, misalnya ada yang memilih untuk menghirup karbon monoksida hingga keracunan, gantung diri, lompat dari jembatan, dll. Fakta yang begitu miris, akan tetapi kita sebagai manusia perlu lebih memanusiakan manusia. Kenapa? Karena alasan mereka untuk bunuh diri berasal dari rasa insecure, anxiety, mudah panik, merasa tidak pernah dihargai dan dicintai, atau bahkan merasa selalu sendiri, sehingga mereka berpikir tidak akan ada yang bisa menolong.
Pada tahun 2018, pemerintah Korea berencana akan menyesuaikan perawatan kesehatan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi dari masyarakat yang membutuhkan bantuan. Dan juga, para kementerian akan berkonsultasi dengan pejabat lokal dan menambahkan upaya-upaya tambahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. FYI, jika Chingu melihat tulisan-tulisan di Mapo Bridge adalah tulisan-tulisan penuh motivasi untuk menyemangati mereka yang sedang berperang dengan dirinya sendiri. Tulisan itu ada di sepanjang jembatan yang membentangi Sungai Han.
Jika dilihat dari sisi negatif bagaimana kehidupan di Korea Selatan mungkin bisa membuat kita sebagai warga negara lain merasa miris dan bisa menimbulkan hal-hal serupa. Namun, bagaimana jika kita melihat dari sisi positifnya? Misalnya saja ambil dari kegigihan mereka dalam belajar dan bekerja hingga mampu bersaing dengan ketat, mengutamakan inovasi, berpola pikir kreatif, disiplin, dsb.
Chingu juga bisa mendapatkan pengalaman belajar dan hidup di Korea selama 10 minggu dengan mengikuti program kursus singkat dari Namsan Course. Program ini selalu ada di tiap musim per tahun. Cek informasinya lebih lanjut di sini >> Short Course in 10 Weeks.