Salah satu hal menarik jika makan di restoran Korea adalah unlimited refill lauk pendampingnya (dikenal sebagai banchan), dan itu GRATIS!
Mungkin terlihat aneh bagi mereka yang tidak terbiasa dengan masakan Korea. Bagaimana para restoran tersebut mendapatkan keuntungan jika terus-terusan membagikan makanan gratis? Ini tentu salah satu perbedaan budaya yang membuat pengunjung tertarik saat pertama kali melihatnya.
Image Source: bujobclub (Pixabay)
Sebenarnya, hal ini sudah mengakar kuat dalam sejarah dan karakter Korea sebagai sebuah bangsa. Jadi mari kita cari tahu lebih lanjut apa yang membuat kita semua mendapatkan privilege untuk makan tanpa batas.
Kimchi
Banchan ini selalu ada hampir di setiap restoran.
Karena pegunungan dan musim dingin, Korea tidak memiliki banyak lahan pertanian dan bisa sangat sulit untuk mengelola pertanian skala besar yang mampu menghasilkan saturan dalam jumlah besar.
Image Source: 709K (Pixabay)
Untuk mengatasi masalah ini, orang Korea selama beberapa generasi menyimpan sayuran dalam pot untuk difermentasi sehingga mereka akan memiliki makanan yang tersedia untuk musim dingin. Inilah bagaimana kimchi menjadi makanan paling representatif di Korea.
Selain kimchi kubis, ada juga kimchi lobak dan mentimun. Itu hanya beberapa jenis kimchi, masih banyak jenis-jenis kimchi lainnya.
Menu banchan yang lainnya
Selain kimchi, ada tauge, sayur timun, dan acar daun wijen yang diasinkan dengan kecap asin. Beberapa restoran Korea yang lebih mewah menyajikan telur gulung, tteokbokki, dan ganjang gejang.
Makan di restoran Korea selalu menjadi latihan untuk bagaimana menyusun semua hidangan agar benar-benar muat di atas meja. Ini bukan hal yang aneh untuk menerima 3 atau lebih banchan yang berbeda selain hidangan utama yang Chingu pesan. Bukan tidak mungkin untuk menemukan restoran yang menyajikan hampir 10 banchan yang berbeda, dan semuanya gratis.
Para restoran sangat membanggakan menu banchan mereka. Ini adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa pelanggan merasa puas dengan makanan mereka. Oleh karena itu, mereka benar-benar memperhatikan banchan untuk membuat Chingu kembali lagi.
Namun, ada banyak pula restoran yang membuat banchan yang unik, tetapi tetap kebanyakan banchan yang ditawarkan di restoran adalah jenis yang sama yang akan Chingu temui di rumah-rumah orang Korea manapun, sehingga membuat pelanggan merasa disambut dan nyaman.
Banchan buatan sendiri
Di Korea, dengan bertambahnya jumlah keluarga kecil, semakin sedikit contoh di mana seluruh keluarga berkumpul untuk membuat kimchi.
Selama acara persiapan membuat kimchi (kimjang), dibuat dalam jumlah besar yang akan dikerjakan oleh semua anggota keluarga.
Untuk Korea modern, membuat kimchi tidak lagi ditujukan untuk “mempersiapkan musim dingin”, melainkan kesempatan bagi orang-orang untuk berkumpul dan berpartisipasi dalam acara keluarga.
Aktivitas seperti ini sudah jarang dilakukan, tetapi para orang tua masih suka menyiapkan kimchi dan membagikannya kepada anak-anak mereka sebagai tanda kasih sayang.
Image Source: fudowakira0 (Pixabay)
Saat ini banchan yang dijual di pasar tradisional dan supermarket semakin beragam dan Chingu bisa membelinya untuk dibawa pulang. Kimchi juga dijual murah dalam satuan per kilo atau 2 kilo, atau bahkan tas ukuran individu.
Kenapa banchan bisa disajikan secara ‘all you can eat’?
Hal terbaik dari restoran Korea adalah Chingu bisa mendapatkan free refills banchan. Jika Chingu memakan semua hidangan, Chingu hanya perlu mengangkat tangan dan meminta lagi. Mereka akan dengan cepat dan senang hati memberikannya untukmu.
Namun, mengapa ini begitu populer di Korea?
Image Source: allybally4b (Pixabay)
Ada banyak alasan yang jelas, seperti kualitas layanan dan kepuasan pelanggan. Bagi kebanyakan orang Korea, free refills banchan adalah ide yang sudah mendarah daging sejak kecil. Orang Korea akan merasa bingung jika mereka tidak bisa me-refill banchannya.
Salah satu alasan mengapa ini menjadi sangat populer, karena nasi putih lebih mahal dari kimchi dan banchan selama keadaan ekonomi Korea sedang di masa sulit. Sehingga restoran memilih untuk memberikan refill untuk banchan dibandingkan nasi, untuk tetap memastikan pelanggan merasa kenyang. Kebiasaan ini bertahan selama beberapa periode dalam sejarah Korea, termasuk perang Korea, periode rekonstruksi, dan krisis keuangan.
Selain itu, orang Korea mulai menyebut pekerja di restoran, “imo”, yang artinya bibi. Ini semakin menjadikan pengalaman makan di restoran semakin terasa kekeluargaannya.
Bagaimana banchan disajikan?
Biasanya orang Korea tidak akan me-refill banchan lebih dari 2-3 kali. Ini bukan tentang “get your money’s worth”, melainkan untuk meninggalkan restoran dengan happy and satisfied tummy.
Untuk mengurangi biaya operasional, beberapa restoran menyarankan untuk membatasi atau menghapus opsi unlimited banchan. Namun, beberapa orang mengeluh bahwa kebiasaan lama ini berasal ketika orang-orang Korea saling mendukung, dan kebiasaan seperti itu tidak dapat diubah dengan sesuatu yang kecil, seperti biaya.
Untuk alasan ini, banyak restoran Korea akhir-akhir ini mengadopsi sistem self-service di mana pelanggan dapat makan sebanyak yang mereka suka, tetapi harus mengambil makanannya sendiri. Hal ini memungkinkan restoran untuk hanya menyiapkan banchan dalam jumlah besar dan mengurangi beban staf.
Makanan Korea terkenal dan dicintai di seluruh dunia dan di negaranya sendiri. Jelas salah satu alasannya karena kelezatan banchan yang selalu disajikan di setiap hidangan utama.
Image Source: tragrpx (Pixabay)
Bagi Chingudeul yang sudah mencoba banchan, dan kira-kira menu apa yang menjadi favoritmu? ^^
Untuk semakin menambah pengalaman budaya dan bahasa Korea, mengapa tidak coba untuk belajar langsung ke negaranya? Yups, Namsan Course menawarkan program short course untuk belajar bahasa Korea selama 2,5 bulan/term di Korea Selatan. Bagi Chingu yang tertarik bisa coba cek infonya di .
Atau bisa hubungi kami di:
Whatsapp: 0851 0612 3684
Email: info@namsankoreancourse.com